Jumat, 04 Februari 2011

Senyuman hari akhir



M
emang tak ada kebahagian hingga aku menutup mata dan bernapas terakhir kalinya.  Atau mungkin dewi fortuna tak berpihak pada kehidupanku. Penuh intrik dan air mata jika aku harus bercerita tentang kehidupan yang benar-benar kurasa kejam. Namun aku bersyukur ada seorang nenek dan tante yang mengurusiku hingga aku menutup mata di usia ku yang beranjak namun tak bisa ku nikmati seperti kebanyakan orang-orang remaja sepertiku.
Apa boleh dibilang, aku dilahirkan oleh ibu yang tak pernah mengharapkan aku. Hidup di desa dan tinggal di rumah yang sederhana ini, awalnya membuat ku menikmati kehidupan ini. Aku seorang bocah baru berumur 10 tahun. Aku menjalani ini seperti anak-anak lainnya walau mungkin aku agak sedikit nakal dan tomboy. Mulai dari hoby ku memanjat pohon hingga menjelajahi semak-semak di kebun belakang milik ayah. Aku menikmati sekali kehidupanku namun aku tidak pernah berhenti bersyukur untuk kehidupan yang indah itu.
Ayah seorang pedagang yang sangat jujur dan disegani oleh kawannya, namun ibu tak bisa menghargai bahkan dia tak mengerti bagaimana kerja keras ayah untuk menghidupi keluarga ini. Aku memang anak kecil yang belum tau apapun tapi aku melihat sendiri apa saja yang di lakukannya apakah itu yang harus ku contoh??kata-kata kasar itu yang harus aku ucap bila aku dewasa nanti??. Ketika suatu malam yang tak pernah ku inginkan, dia mengundang seorang teman lelakinya, aku hanya duduk di samping nya dan menatap orang yang jujur aku tak suka tatapan matanya yang sangat pandai menggoda.
Ibu menepuk pundakku,dan memberi sedikit lirikan aku mengerti itu caranya member tanda   menyuruh aku ke kamar dan membawa kedua adikku yang masih sangat kecil, aku mematuhinya dan meninggalkan mereka berdua tanpa ada ayah disana. Ku berjalan memasuki kamar walau sedikit diiringi kecurigaan di hatiku pada pria berbadan kekar yang sangat menyeramkan itu. Hingga larut malam mereka berbincang terdengar sayup-sayup di celah dinding kamarku. Ku coba membaringkan diri dan menutup mata, namun aku tak bisa tertidur dan hati ini pun tak tenang. Aku terkejut dan berlari keluar ketika mendengar suara dobrakan pintu dan ribut-ribut di rumah ini. Aku melihat mereka bicara dan aku melihat ayah yang memarahi ibu dan lelaki itu itu lari keluar rumah setelah bergegas dan membereskan jaketnya yang sangat dipenuhi bau rokok. Aku tidak tau apa yang mereka lakukan hingga ayah bisa begitu marah yang pertama kali kusaksikan. Sejak kejadian malam itu hari-hari mereka di penuhi bengan pertengkaran.
Suatu sore, aku bermain dengan teman sebayaku dan adikku yang pertama dekat pohon rambutan samping rumah, aku memanjatnya dengan penuh semangat dan tertawa bersama teman-temanku. Namun aku terjatuh dan kaki kananku terkilir dan sedikit terluka. Sesampai dirumah aku berusaha tegar dengan kaki seperti itu walau agak terasa sedikit sakit aku tak berani mengatakannya pada ayah atau ibu. Daripada nanti ku harus dimarahi lebih baik ku sembunyikan untuk sementara waktu, begitu pikirku. Setiap hari aku harus mendengar pertengkaran dirumah itu dan ketika malam itu ayah pergi dari rumah tanpa memberi kabar sedikit pun padaku. Hingga aku di tinggalkan dengan ibu dan kedua adikku.
Beberapa bulan kemudian, setelah perginya ayah dari rumah ini, ibu menikah lagi dengan lelaki idamannya itu. Ibu terlihat sangat mencintainya lebih dari ayahku namun pria itu tak pernah menganggap aku anak dan bahkan sering memperlakukan aku seperti seorang budak dan amat kasar. Suatu malam aku menjerit sakit pada kaki kananku, entah kenapa lagi kaki ku ini ketika aku sedang mencuci piring kaki yang kulipat terasa sangat sakit. Dan aku teringat beberapa bulan lalu aku terjatuh di pohon depan rumah itu. Ku ceritakan pada ibu tentang hal itu dan benar ibu terlihat marah walaupun demikian dia tetap mengobatiku dan memijat kakiku lembut. Namun rasanya itu saja tak cukup kaki ini terus membengkak dan itu mulai mengkhawatirkanku, namun ayah tiriku itu tak pernah peduli sedikit pun.
Sepertinya masalah tak pernah berhenti mendatangi keluargaku ini, dan sekarang aku merasa penyebab semua ini adalah diriku. Ibu melaporkan ayahku ke polisi dengan alasan kalau dia tak pernah menghidupi aku dan kedua adikku, bisa dibilang menelantarkan kami. Sepertinya ibu ingin mengusik ketenangan ayah dan keluarga barunya, hingga ayah sempat di tahan untuk beberapa waktu dan ketika itu aku sedang di rumah sakit setelah pengobatan kaki ku yang tak kunjung sembuh ini. Karena tak sanggup membiayai,ibu memutuskan untuk membawa ku pulang. Sangat menyesal rasanya ketika kejadian waktu itu.
            Pada saat aku sakit seperti itu, ibu menitipkan aku kepada keluarga suami barunya yang tak pernah baik padaku, saat itu ia pun meninggalkan aku dan juga adik-adikku. Penderitaan pun tak kunjung menjauh dariku. Di rumah keluarga itu aku lebih dianggap sampah bahkan mereka menganggap aku seperti bukan manusia, aku dipaksa mencuci, menggembala ternak-ternaknya, dan saat kakiku ini tak mampu lagi berdiri. Kadang pernah dua hari aku tak diberi makan ketika terlambat memberi makan ternak-ternaknya itu. Suatu hari di rumah itu aku tinggal hanya dengan ayah tiri dan adikku, dia membuka pintu kamar ku ketika aku sedang membaca ayat alquran bersama adikku. Dia mendekap dan merangkulku. Aku tau sikapnya itu mulai aneh, namun aku tak berdaya apapun, kakiku ini tak mampu berpijak. Aku mulai ketakutan dan  wajar aku berpikir negative tentang laki-laki kurang ajar itu. Melihat pertanda itu ku mulai berpikir untuk melarikan diri dari ruamh itu dan membawa kedua adikku yang masih belia. Hingga malam tak ada orang dirumah, walau dengan kaki terbata-bata aku berjalan keluar sambil menggendong adikku yang masih sangat kecil, yang baru saja lahir. Dan adikku yang satunya membawa tas yang berisi baju kami. Benar-benar  tak tahan hidup dalam kegelapan dan kekerasan untuk orang seperti aku, walau malam itu tak tau arah tujuanku, yang terbayang hanyalah bagaimana aku bisa meninggalkan rumah itu. Untung saja aku mempunyai uang sekitar 1 juta hasil penjualan hewan ternak yang diberikan oleh adik ayahku walau sudah diambil oleh ayah tiri yang tak tahu diri itu dariku sebagiannya.
Aku pergi ke suatu daerah kampung ayah berada. Malam itu juga ku tempuh perjalanan dengan ditemani kedua adikku yang belum mengertu apapun. Dengan tampang kusam, kotor dan jelas aku berjalan dengan kaki yang harus kupaksakan ini. Ketika pintu rumah terbuka adik ayahku itu membolehkan aku tinggal dan menyarankanku untuk tinggal bersama nenek. Dan disana aku memang sangat tenang aku dirawat oleh nenek dan tanteku. Walau memang akhirnya suatu kejadian pahit lagi yang harus aku lalui yaitu kaki ku ini harus dipotong karena tak mampu lagi berfungsi, bayangkan saja aku hanya mampu duduk dirumah itu tanpa bisa apapun. Rasanya ingin menangis dan menceritakan semua penderitaan ini pada Tuhan. Inginku mengadukan nasibku ini namun untuk wudhu dan membasuh wajah ini saja aku tak bisa. Rasanya memang tak berguna lagi, namun aku tak pernah berpikir menyerah untuk kedua adik-adikku. Saat ini yang ada dibenakku adalah suatu saat nanti mereka takkan pernah merasakan sedikitpun penderitaan yang pernah kudapatkan.
 Ku coba tetap tersenyum menjalani ini semua. Awalnya aku tak kuasa untuk melihat kaki ini harus dipotong, ku putuskan untuk membiarkan menahan rasa sakit ini dari pada aku harus menyaksikan diriku tanpa kaki belum siap rasanya seperti itu. Hari-hari kurasakan begitu menyakitkan dan ku hanya bisa menghitung hari, detik demi detik sakit yang menggerogoti aku sambil memandang betapa senangnya melihat senyum Yanti bermain dengan teman-temannya sambil menahan sesaknya air mata yang banyak sekali menumpuk di kantung mataku. Kini mulai ku pikirkan, bagaimana nenek menolong biaya pengobatan kakiku ini , syukur ibu dari ayahku ini mau menampung aku dan kedua adikku sedangkan ia sudah tua dan uang darimana. Sore itu ku lihat wajah seseorang yang masuk kedalam rumah yang ku huni ini sangat familiar dalam bayanganku, wajah yang dalam pikiranku selalu menjadi pahlawan yang menyejukkan hatiku. Ya.. ayah!! Senyumku mengembang ketika dia mulai datang dan spontan aku memanggilnya dan adikku memeluknya. Dia datang bersama istri barunya itu. Ia membiayai pengobatanku agar aku bisa sembuh.
            Namun hal itu tak berjalan lama hanya unruk semantara ayah mampu mmebiayai aku namun tak ada perubahan pada kaki yang kuharapkan bisa seperti dulu lagi. Dengan pasrah aku merelakan saja kaki ku ini diamputasi daripada harus menyusahkan banyak orang dengan baunya yang mulai mengeluarkan nanah. Kadang terlintas dalam pikiranku, apa salahku hingga aku harus menanggung hal ini? Kenapa aku harus dilahirkan untk menjalankan kehidupan yang mungkin orang dewasa saja tak sanggup menjalanankannya. Inginku marah dan mengatakan kalau perlu tak usah lahirkan aku. Namun aku tau pasti ada dan alasan aku harus hidup seperti ini. Aku kembali menghitung hari dalm sepiku duduk sendiri dengan hanya satu setengah kaki ini. Untuk membaringkan tubuh ini saja sakit rasanya. Ku isi hari-hari ini hanya dengan sholat dan menyaksikan senyum adikku dengan tulus.
Suatu hari keluarga dari ayahku mengangkat Yanti sebagai anaknya dan memisahkan  kami. Awalnya aku berat melepasnya dan dia pun tak mau berpisah denganku. Ini sangat sulit untukku. Kenapa selama ini aku selalu diberi pilihan yang sulit seperti ini. Saat ini, di dunia ini hanya dia yang kumiliki apakah aku juga harus melepas dan membiarkan hari-hari ini ku lalui untuk apa?. Tapi akhirnya kurelakan dia pergi, agar dia bisa bersekolah dan  keinginanku bisa tercapai untuk kebahagiannya. Hari perpisahan itu ku lewati dengan senyuman yang dibalut air mata melepas adikku itu.
            Kini ku hela nafas panjang dan ku lepaskan lagi, ku nikmati setiap sentuhan udara yang masuk dalam nadi dan paru-paru ini. Apa lagi yang harus ku lakukan kini? Apa lagi yang harus ku perjuangkan kini. Aku hanya bisa berdoa untuk mereka orang-orang yang kusayang untuk kebahagian mereka. Termasuk perempuan paruh baya ini yang telah rela menghabiskan waktunya untuk merawat aku yang tak berdaya membantunya. Hingga suatu malam ku tatap panjang dan dalam matanya, kelembutannya. Dan ku tersenyum untuknya dan itu kebahagian yang terakhir ku dapatkan   dari perjalanan hidup yang mengantarkan aku menjadi orang yang tegar selama ini namun aku yakin adik-adikku akan jauh lebih bahagia dari apa yang mereka bisa dapat sekarang.
            Walau di akhir hayatku ini adik ku tak bisa menatapku dan melihat aku di makamkan aku berterimakasih untuk kehidupan yang mengajarkan padaku dan mereka arti sebuah kasihsayang dan ketegaran hati. Terimakasih tuhan… terima kasih kehidupanku yang dapat ku lewati dengan senyuman diakhir  hidupku.
 by:d'vLy Lolla

Jumat, 28 Januari 2011

diarY of d'VLy

hari ini sprti biasa kmi 4 bersaudara d'vly menikmati liburan d rumh msg2...rutinitas sunday morning yg mmbosnkn tpi hrs d jlni,....eh...trnyta hri ini slh seorg d antra kmi sdg mnikmti hri jdinya yg k 18 ...sprti rtual tahunn lainnya kmi mngusilinya dgn ide jahil yg kni menerawang d pkran kmi...mmmm.....

dya yg bru bbrpa bln mnjlni hbgn ....yaaa bsa d sbut pcrn dgn seorg ank muda...(emg dy dh tua ya,liat ja d pp qu) yg kni tengah brbunga2 kmi usili n kmi beri sbuah brta buruk tntg sng kekasih(cieeee...........)
"Y....co u kclkaan ni" boong abiiissss.....sgguh mengasyikkan....smntra kmi mnunggu kdtgnnya d sbuah tmpt wsta brnama "danau Singkarak" lo org eNgland blg "singkarak lake"(gya bcany kyk bule2 yaaa)

nah....saat pnantian itu brjln sgt mmbosnkan...d bwah sbuah pohon rindang(iya pa gk ya????soalnya gk liat jga tu) dari kjauhn seorg pria tersnyum ke arah kmi....taukah tmnd2 apa yg ad d pikrn kmi????? yap....."ni org godain mulu...nksir kli yaa???" (pede:mode on)
lama kelamaan kmi jdi smkin risih......lalu dgn bgga pria trsebut menunjuk k atas pohon yang menaungi kami.....

taukah anda hadirin smua apa yg kmi dpti????
dari atas pohon seekor monyet tersenyum ramah menggoda kami dengan pisang kesukaannya............tidaaaakkkkkkkkkkk....................monyet itu mmbuat kami lari ketakutan.......monyet yg ternyta jga dua bersaudara itu, yg tidak pasti jntn btnanya krna blum d priksa k dinas kshtn trsbut menatap kami dgn pnuh nafsu gila .......mnurut saiia yg sdikit mgrti bhsa bnatang apalgi mnyet ,inilah prckpn d antra dua sejoli itu...
monyet: ni cewek2 cantik jga ya????? 
saudara monyet:iyaaaa,,,,,godain yukkzzzz,qt rayu pke psg aja
gilaaa tu monyet modal dikit dong....hahaha
dan monyet itupn jingkrak2 kgrangan.......
ya begitulah kisah menyedihkan d hari bhgia sodara qu yg d tuakan....hahahahaha
c u


Kamis, 27 Januari 2011

duNia dLam cnTA n sHbt

kami berlari,mengejar gerbang yg sbntar lgi kn trtutup...mmm akhirnya smpai.....n msuk k dlm dnia ini...
eh ni crta ap ya?
ini kisah tntg aqu,dan mrka...hdup kmi biasa ,,,,pnuh mslah...pnuh prjuangn....tpi kmi tau stu hal"mslah kn slsai jka d hdpi brsma"
prtmnn ini berawal dri rsa bnci n krg ska stu sma lain
siapa sngka kmi yg dlunya tak bsa sling mmhmi akhirnya jdi sdkat ini
prshabtn yg indah ini prnh d wrnai prtgkrn,kmi jga mnusia biasa yang pnya ego...
n saiia buat blog ini terinspirasi dri mrka..........
kmi brhbgn baik,sling mnjga n prcya.....d antra kmi ad cnta...cnta aque n mrka
cnta yg buat kmi mgrti arti pengorbanan....krna cnta ini mmbuat kmi tegar mgejar impian n ykin brsma psti BISA

pedang perjuangan yg kn di asah

matahri itu kni tmpak suram tak berchaya sprti bbrpa bulan lalu q pndang kla pagi tiba menyongsong
lngkah ini trsa kaku ..lelah..rutinitas biasa yg kni trsa mmbosankan....hmmm.......ujian......ujian kni dtg mngejarqu.......lelah.....ingn berhenti sjnak..etsss lgkh qu tak bleh hnti...msa dpn tlah mnunggu tuk dtgi..
pdg itu tlah mnunggu qu asah ....kni saatnya belajar................to all mai plend met ujian yaaaaa
wassalam...........night

with "bismillahirrahmaanirrahiimm"

bissmillahhirrahmaanirrahiim.........akhirnya prjuangn saiia bljr bikn blog terkabul jga..........
awlnya cm iseng2...eh lma2 trtarik deee ........mgkn postingan nya krg menarik mklum bru brgbung....tlg bimbingannya yaaa.........hehe
lam kenal tmn cmuaaaa.......